Kali ini aku mau bercerita tentang awal mula aku mulai bisnis handcraft. Banyak yang kaget sih. Ada beberapa orang yang bertanya kok aku bisa menjahit? Sejak kapan? Di mana belajarnya?
Sebetulnya, aku sendiri juga amazed. Seumur-umur nih, aku ngga pernah kepikiran untuk menjahit dan ngga pernah pula pegang yang namanya mesin jahit – sama sekali, ga punya juga sih mesinnya haha.
Buat kamu yang kenal aku personally, pasti tahu kalau aku lebih sering menghabiskan waktuku di balik layar komputer. Dari bekerja, menulis fanfiction, belajar software, hingga randomly baca manga, nonton anime atau drama Korea ketika aku punya waktu senggang.
Tapi, semua itu berubah ketika ibuku bilang pengen mesin jahit.
Dulu jaman masih muda, ibuku pernah kursus menjahit dan sekarang keinginan untuk menjahit muncul kembali. Setidaknya bisa bikin daster atau menjahit baju-baju yang sudah lepas jahitan, begitu katanya.
Karena kupikir bermanfaat juga kalau punya mesin jahit di rumah dan ibuku juga bisa berkegiatan ketika aku lagi merantau di kota lain untuk bekerja, akhirnya aku berniat untuk membelikan ibu mesin jahit.
Awalnya, ibuku bilang beli yang second saja karena harganya jauh lebih murah. Apalagi, ini kan cuma sekedar untuk mengisi waktu luang jadi ngga perlu beli yang baru atau yang mahal.
Tapi, aku ragu beli barang second karena kita kan ngga punya pengalaman buat nge-cek mesin jahit bekas yang masih bagus itu gimana. Tetanggaku beli mesin jahit bekas malah sering rusak, alhasil jadi seperti beli barang rongsokan yang akhirnya ngga terpakai. Kan, sayang banget tuh uangnya.
Akhirnya, aku end up googling informasi seputar mesin jahit.
Jujur nih, aku kaget lhoh ketika tahu bahwa mesin jahit jaman sekarang sudah modern banget. Dari segi desainnya sampai spesifikasinya – beraneka ragam! Ngga cuma mesin jahit vintage yang built-in sama meja dan hanya punya satu jenis jahitan saja, tapi sekarang ada juga yang portable, memiliki banyak jenis jahitan dan bahkan sudah computerized! Jadi tinggal pencet-pencet tombol sudah berganti tuh jenis jahitannya, keren banget kan.
Pilihanku habis baca-baca info di internet waktu itu adalah mesin jahit dari Singer atau Brother karena mereka yang paling banyak direkomendasikan. Tapi waktu itu aku masih bingung mau seri yang mana jadi lanjut deh aku baca-bacanya.
Sampai pada suatu hari ketika aku jalan-jalan sama ibu ke sebuah pusat pertokoan, ada pameran mesin jahit portable dong, merk Singer. Ngga sengaja gitu lihatnya. Pas banget. Jodoh memang ngga kemana.
Kami langsung mampir untuk melihat-lihat.
Si mas salespersonnya bilang kita bisa mencoba mesin jahitnya dulu menggunakan kain perca yang sudah disediakan. Ga mau nglewatin kesempatan, aku bilang ke ibu untuk nyobain jahit pakai mesin jahit portable sambil aku ikut merhatiin dan tanya-tanya spesifikasi mesin jahit yang ada di situ.
Ada beberapa macam seri mesin jahit di pameran itu. Kalau beli, bisa diantar ke rumah dan diajarin sampai bisa. Enak, kan.
Tapi, coba tebak kami beli ngga abis nyobain?
Jawabannya, NO haha. Engga sodara-sodara.
Kenapa?
Karena aku masih belum yakin.
Tapi dari situ, aku tahu kira-kira mesin jahit seri apa yang aku mau. Waktu itu aku naksir mesin jahit Singer Seri Fashion Mate 3337. Warnanya putih, punya 29 jenis jahitan, portable tapi belum computerized. Menurutku sudah lumayan bagus lah untuk pemula. Aku dan ibuku juga suka model mesin jahitnya yang kekinian.
Pulang dari jalan-jalan bareng ibu, aku cari lagi informasi tentang mesin jahit seri ini. Lama banget sih ya aku milihnya. Iya, memang tapi worth it, lhoh.
Setelah aku yakin banget sama mesin ini, akhirnya aku beli deh mesin jahit Singer seri Fashion Mate 3337.
Belinya dimana?
Bukan di salesperson yang menggelar pameran tempo hari.
Aku beli di dealer resminya langsung. Harga yang ditawarkan sama mas salesperson di pameran Rp3.2 juta, tapi aku beli di dealer resmi dengan sedikit aksi tawar menawar, akhirnya dapat harga Rp2.8 juta.
Lumayan kan selisihnya, bisa buat jajan bakso sebulan.
Waktu beli di dealer resminya, aku diajarin cara mengoperasikan mesin jahit itu: cara menghidupkan dan mematikan mesin jahit, pasang jarum, threading benang, yah yang basic banget gitu lah.
Oh iya, dealer resminya beda kota dengan rumah orang tuaku. Jadi waktu itu aku belajar di dealernya langsung terus pas di rumah, aku transfer ilmu ke ibuku. Transfer ilmunya kira-kira 2 minggu setelah beli mesin jahit. Lama kan? Karena aku kerja dulu, 2 minggu sekali pas weekend baru pulang ke rumah.
Ada beberapa bagian sih yang akhirnya aku lupa gara-gara kelamaan jadi pas di rumah, aku baca manual book-nya terus praktek langsung sama ibu sampai akhirnya kami berdua bisa mengoperasikan mesin jahit itu dengan lancar.
Nhah, dari sini perjalananku di dunia jahit menjahit, dimulai.
Karena aku secara ngga langsung jadi bisa mengoperasikan mesin jahit akhirnya aku iseng-iseng nih nonton video tutorial tentang cara bikin tas sama pouch. Aku pikir, karena udah bisa kenapa ngga dimanfaatin untuk berkreasi? Bisa jadi side hustle juga, kan?
Terus aku beli kain murah untuk coba-coba bikin pouch sama tas. Awalnya ibuku pengen bantuin petualanganku di dunia handcraft, tapi akhirnya nyerah karena menurutnya lebih mudah bikin daster daripada pouch.
Waktu itu aku langsung berhasil bikin ngga?
Ya jelas engga dong.
Gagalnya mungkin puluhan kali haha. Buat aku yang pemula dan sama sekali belum pernah menjahit, menjahit pouch sama tas tentu saja ngga semudah itu, gaez.
Aku harus mendedel jahitan berulang kali karena salah jahit, jarum sering patah karena ngga sesuai sama ketebalan kain and so on sampai akhirnya aku berhasil menjahit pouch dan tas tote dengan bagus dan rapi.
Selama trials and errors itu, aku juga merasa lebih kenal dekat dan paham sama si Fashion Mate 3337 yang kukasih nama Virgo, ituuu. Ciee.
Berapa lama waktu yang kubutuhkan untuk belajar menjahit dengan rapi?
Ya, kira-kira 1 tahun lah sampai aku percaya diri sama keterampilan menjahitku. Tapi catatan saja sih, aku belajar menjahit hanya setiap dua minggu sekali ya, pas weekend, ketika aku pulang ke rumah ortu.
Oh iya, kalau penasaran dengan progress ibuku menjahit, well, ibuku sendiri sudah praktek bikin beberapa pakaian: daster, blouse, dress, kulot dan rok termasuk dress dan rok untukku bekerja dan baju tidurku.
Kalau aku sendiri sih jujur belum bisa menjahit baju. Ada rencana belajar dressmaking tapi belum terjadi.
Apakah aku langsung buka bisnis handcrafts?
Again, tentu tidak.
Perjuangan membuka bisnis craftku ngga berhenti sampai aku bisa menjahit dan bikin pouch dan tas dari kain murah. Setelah bisa bikin pouch sama tote yang rapi, aku baca-baca lagi tuh material-material yang biasa dipakai di produk handcraft.
Aku hafalin satu-satu nama materialnya, dari kait, ring D, ring O, paku rivet, alat pasang paku rivet, webbing, fusible interface, dsb (kapan-kapan aku juga akan bahas material yang kecil-kecil ini).
Belum lagi aku
harus mikir desain label, sticker, dan packaging, terus dimana aku bisa cetak
dengan harga murah tapi bagus. Banyak sekali ternyata yang perlu dipelajari dan dipikirkan. Uang juga rasanya dibakar terus supaya bisnis handcraft terealisasi.
Along the way juga nih, aku sampai belajar bikin desain label dan stickerku sendiri menggunakan Adobe Illustrator. Aku belajarnya dari nol. Semuanya benar-benar ilmu baru dan aku belajar hanya dengan bantuan Oppa Google dan YouTube.
Setelah melewati perjalanan dan persiapan yang panjang itu, akhirnya aku berani menjual produk craftsku ke orang lain. Awalnya secara offline. Pembelinya ya teman, kolega, dan tetangga dan masih system pre-order gitu.
Tapi jujur, system pre-order dengan requested size yang macam-macam itu susah sekali, perlu waktu mikir lebih lama dan ngga berbanding lurus sama uang yang aku dapat. Aku ada full time job juga di kantor, jadi yeah, kurang efisien waktu kalau mengerjakan pre-order.
Lalu, aku memutuskan untuk stop system pre-order.
Terus aku bikin produk crafts dengan desain dan ukuran yang kubuat sendiri. Ini juga butuh waktu yang lumayan lama buat nentuin standar ukuran dan desainnya.
Aku memang mau bisnis craftku ini menjadi salah satu mediaku menuangkan kreativitas jadi benar-benar aku pikirkan banget detailnya biar close and personal supaya aku juga puas sama hasil karyaku sendiri dan harapanku, customers ku juga.
Setelah itu,
baru deh aku buka toko online di Tokopedia (2019) dan tahun ini (2021) aku mulai berjualan di
Shopee. Tokonya masih kecil banget tapi aku excited untuk terus bisa ngembangin bisnisku sampai bisa dikenal masyarakat luas.
Susah ngga sih jualan online?
Jujur, mencari pembeli online yang ngga tahu kita sama sekali tapi mau dan tertarik untuk membeli produk kita itu susah juga lhoh ternyata. Apalagi waktuku untuk masarin produk juga limited edition alias hampir ngga ada.
Tapi ya
kujalanin saja, slowly but sure pasti bisa.
Kalau boleh tahu, kapan pertama kali dapat online order?
Tahun 2019, kira-kira 4 bulan setelah buka toko di Tokopedia. Waktu itu baru ada belasan produk crafts dengan masing-masing 1 stock produk (sesedikit itu gaez) dan aku hanya punya 4 followers saja itupun followernya bukan orang yang aku kenal personally.
No marketing at all jadi bener-bener dapat sales nya purely organic dari traffic marketplace.
Aku beneran bersyukur banget sama pembeli pertamaku karena first order ini memberiku harapan bahwa aku bisa dan bisnisku punya potensi untuk bisa lebih maju dan berkembang.
Untuk customer pertamaku terima kasih sudah percaya dan order di toko kecilku!
Tentu saja ga lupa juga aku ucapin terima
kasih banyak untuk semua customersku yang sudah membeli NINNZ crafts. Beneran rasanya seneng banget kalau ada yang order, apalagi waktu
mereka memberi bintang 5 dan review yang bagus.
Sekarang masih lanjut kan bisnisnya?
Masih dong.
Dan anyway, setelah satu tahun aku buka bisnis craft ku, aku akhirnya memutuskan untuk beli satu lagi mesin jahit buat di kos. Merknya masih sama Singer tapi beda seri. Kali ini, aku beli seri Heavy Duty 4432.
Nanti aku bikin review tentang Singer Fashion Mate 3337 x Heavy Duty 4432, deh.
Kenapa akhirnya beli mesin jahit lagi?
Selain pengen ngembangin bisnis dan supaya bisa produksi lebih banyak, aku beli mesin jahit lagi karena kalau sore habis pulang kerja, aku gabut banget di kos.
Mau main terlalu lelah jiwa dan raga. Tapi di sisi lain, kalau aku cuma baca-baca manga atau nonton anime/ drama korea saja aku seperti terjebak rutinitas dan ngga berkembang.
Dengan menjahit di kos, aku merasa lebih produktif dan tentunya nambah income juga, jadi ya killing two birds with one stone, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui begitulah kira-kira ^^.
Post a Comment